Bisnis E-hate adalah sebuah bisnis di internet yang bertujuan untuk mendapatkan banyak KEUNTUNGAN dengan cara memprovokasi dan menebar kebencian di dunia maya. Melihat semakin merebaknya Facebook Fans Page, Website/ blog, akun #media sosial penebar kebencian demi kepentingan bisnis, saya mencoba untuk membahas tentang bisnis E-hate ini.
Kemungkinan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui apa itu bisnis E-hate, karena sampai saat ini belum ada satupun yang bisa menjabarkan bisnis E-hate secara jelas. Menurut Urbandictionary.com Ehate atau E-hate adalah lawan kata dari “dicintai” atau “dikagumi” di internet. Secara tidak resmi, kata ini juga didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak disukai oleh komunitas online. Kata ini (E-hate) secara tidak sengaja diciptkan oleh pengidap disleksia pada Newstoday community.
Bisnis ini (E-hate) adalah sebuah bisnis online yang bertujuan untuk mencari keuntungan dengan cara menebarkan kebencian yang menyasar kepada seseorang atau instansi melalui media internet. Target E-hate ini bisa siapa saja, yang penting bisa memberikan penghasilan langsung ataupun tidak langsung kepada si penebar kebencian tersebut.
Kegiatan E-hate Mudah Ditemukan di Internet
Kegiatan E-hate ini banyak sekali kita temukan di internet, terutama di media sosia seperti Facebook dan Twitter. Sebuah rumor yang dibawa oleh para pembenci, lalu kemudian disebarkan oleh orang-orang tertentu, kemudian diterima mentah-mentah oleh sebagian pengguna internet yang terlalu ‘LELAH’ dalam menggunakan logika.
Tidak ada yang tahu pasti kapan bisnis E-hate ini mulai muncul, dan tidak jelas juga siapa yang menjadi perintisnya di Indonesia. Yang pasti, bisnis ini terlihat nyata pada masa-masa pemilihan presiden dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Mereka yang menjalankan bisnis E-hate ini sangat pintar dalam memanfaatkan para Followers mereka di media sosial dalam mencari uang dengan cara yang tidak etis, yaitu menebar kebencian. Semakin banyak pembenci, maka si pebisnis E-hate akan semakin untung.
Bagaimana ‘Mereka’ Menjalankan Bisnis Ini?
Para pelaku bisnis E-hate ini melakukan gerakannya dengan cara membuat konten (tulisan, image, dan lainnya) yang bertujuan untuk memprovokasi. Mereka tidak perduli apakah data itu benar atau tidak, yang penting bisa menghasilkan sebuah kebencian para netter. Bahkan para pelaku bisnis E-hate ini mampu menciptakan sebuah propaganda analis yang kemudian membuat para pembaca tertipu dan suka rela menyebarkan konten tersebut di internet. Bukan hanya itu saja, para pembaca kerap naik darah atas konten E-hate ini sehingga menciptakan banyak komentar dan menjadi viral di media sosial.
Seiring dengan semakin banyaknya komentar dan viral di media sosial, maka tentu saja akan semakin banyak para haters (pembenci) yang berdatangan pada konten tersebut. Ini kemudian akan membuat nilai jual tulisan atau akun media sosial si pebisnis E-hate akan semakin meningkat dan harganya akan sangat tinggi. Akun atau website si pebisnis E-hate akan sering ‘ditongkrongi’ oleh para haters lainnya, dan kelompok haters akan terus bertumbuh semakin banyak. Jika sudah begini, maka proses promosi produk lainpun akan semakin mudah, misalnya untuk berjualan baju, jualan buku, jualan gorden, jualan sprei, jualan pulsa, mencari donatur, menerima jasa pasang iklan, dan lain-lain. Anda bisa melihat salah satu contoh pelaku bisnis e-hate di Fans Page yang cukup terkenal di Facebook, Jonru.
Selain itu, website jaringan penyedia jasa pemasangan iklan, misalnya Google Adsense, kemungkinan besar tidak bisa melacak konten sumber trafik yang datang ke sebuah portal/ blog karena sebenarnya Google sangat menentang konten yang menebar kebencian. Akhirnya website si pelaku bisnis E-hate akan ramai pengunjung dan website tersebut menjadi populer di internet.
Topik Yang Sering Diangkat Para Pelaku Bisnis E-hate
Topik yang sering diangkat oleh para pelaku bisnis E-hate adalah yang berkaitan dengan Suku, Ras, Agama, antar Golongan (SARA), terutama topik Agama dan Politik. Seperti kita ketahui, banyak sekali perbedaan pendapat pada kedua topik ini (Agama dan Politik) dan sangat sulit untuk mengajak seluruh pembaca untuk berpikir logis. Selain kedua topik ini, para pebisnis E-hate juga mengangkat topik lain, namun tidak se-efektif topik Agama dan Politik dalam menghasilkan banyak haters.
Bagi para pebisnis E-hate, menebar kebencian melalui topik Agama dan Politik bukanlah hal yang sulit. Ibaratnya, cukup hanya menyulut sebuah api kecil saja, nanti konten tersebut akan meledak dengan sendirinya. Mereka membolak-balikkan sebuah fakta sehingga sangat sulit menganalisa kebenarannya. Bahkan bila tulisan yang diciptakan ternyata terbukti bohong, para pelaku E-hate ini punya jurus “NGELES” untuk menghindar.
Tanpa disadari, para pengguna internet yang sudah saling debat argumen tidak mendapatkan apa-apa. Malah rasa marah dan benci di dalam dirinya semakin menggerogoti hati dan pikirannya dari hari ke hari. Di sisi lain, si pebisnis E-hate mendapatkan keuntungan, ia menjadi terkenal dan mendapatkan berbagai tawaran yang bisa menghasilkan uang, misalnya menjual space iklan mahal di website atau Fans Page miliknya.
Para pebisnis E-hate seringkali membuat konten yang berisi fitnah terhadap orang-orang terkenal, tokoh yang memiliki banyak fans, figur yang memiliki banyak pendukung maupun pembenci. Semakin Anda terpengaruh dan tersulutu emosi oleh tulisan mereka, maka mereka akan semakin senang dan merasa sukses. Bagi pebisnis E-hate, menebarkan kebencian demi popularitas dan uang adalah hal yang wajar.
Bagi Anda pengguna internet, sebaiknya waspadalah dalam mencerna informasi yang bertebaran di berbagai media online. Menebar kebencian adalah hal yang bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat. Bukan hanya diri sendiri yang akan terkena dampaknya, tapi masyarakat luas juga akan terimbas. Semoga artikel ini memberikan pencerahan bagi kita.
Sumber :
https://www.maxmanroe.com/bisnis-e-hate-bisnis-menebar-kebencian-di-internet-waspadalah.html
No comments:
Post a Comment